Wednesday 12 June 2013

PEMIKIRAN RENE DESCARTES

BAB I
PENDAHULUAN


Rene Descartes dinggap sebagai Bapak aliran filsafat pada zaman modern. Disamping seorang tokoh rasionalime, Descartes pun merupakan seorang filsuf yang ajaran filsafatnya sangat populer, karna pandangannya yang tidak pernah goyah, tentang kebenaran tertinggi berada pada akal atau rasio manusia. Rene Descartes seorang filsuf yang tidak puas dengan filsafat Skolastik yang pandangan-pandangannya saling bertentangan, dan tidak ada kepastian disebabkan oleh miskinya metode berfikir yang tepat. Rane Descartes mengemukakan metode baru yaitu metode keragu-raguan. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, dalam keragu-raguan itu, jelas ia sedang berfikir. Sebab, yang sedang berfikir itu tentu ada dan jelas terang-benderang.Cogito ergo sum (saya berfikir, maka saya ada).

Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang paa kebenaran. Yang benar hanyalah tindakan akal yang terang benderangyang disebutnya Ideas Claires el Distinces (pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah). Idea terang benderang ini pemberian tuhan sebelum orang dilahirkan (ida inate : ide bawaan). Sebagai pemberian Tuhan, maka tak mungkin tak benar.

Kerasionalan dalam berfikir Descartes membuat saya tertarik untuk mengkaji tokoh ini (Descartes). Begitu juga tentang metode cara menemukan kepastian yag ia kemukakan dalam ungkapan Cogito rgo sum ( saya berfikir, maka saya ada). Selain itu juga tentang pendapat Descares yang mengatakan bahwa roh pada jiwa pada hakikatnya berbeda dengan benda. Sifat asasi roh adalah pemikiran, sedang asasi benda adalah keluasan.


BAB II
PEMBAHASAN


1.1 Metode dan Pendekatan Pemikiran Rene Descartes

Dalam pemikiran Rene Descartes Cogito Ergo Sum yang berarti aku berfikir maka aku ada, beliau menggunakan metode analistis kristis melalui keraguan (skeptis) dengan penyangsian. Yaitu dengan menyangsikan atau meragukan segala apa yang bisa diragukan. Descartes sendiri menyebutnya metode analitis. Descartes juga menegaskan metode lain: empirisme rasionil. Metode itu mengintregasikan segala keuntungan dari logika, analisa geometris, dan aljabar. Yang di maksud analisa geometris adalah ilmu yang menyatukan semua disiplin ilmu yang dikumpulkan dalam nama “ilmu pasti”.

Mengenai pendekatan yang digunakan Descartes dalam menganalisa pemikirannya, sudah kelihatan jelas bahwa beliau menggunakan pendekatan filsafat yang mana menganut paham rasionalisme yang sangat mengedepankan akal.

Dapat dipahami bahwasanya Rene Descartes dalam “Cogito Ergo Sum”nya menggunakan metode analitis tentang penyangsian dan dengan menggunakan pendekatan filsafat yang rasional.

1.2 Biografi Rene Descartes


Di desa La Haye-lah tahun 1596 lahir jabang bayi Rene Descartes (1596-1650), filosof, ilmuwan, matematikus Perancis yang tersohor. Waktu mudanya dia sekolah Yesuit, College La Fleche. Begitu umur dua puluh dia dapat gelar ahli hukum dari Universitas Poitiers walau tidak pernah mempraktekkan ilmunya samasekali. Meskipun Descartes peroleh pendidikan baik, tetapi dia yakin betul tak ada ilmu apa pun yang bisa dipercaya tanpa matematik. Karena itu, bukannya dia meneruskan pendidikan formalnya, melainkan ambil keputusan kelana keliling Eropa dan melihat dunia dengan mata kepala sendiri. Berkat dasarnya berasal dari keluarga berada, mungkinlah dia mengembara kian kemari dengan leluasa dan longgar. Tak ada persoalan duit.

Dari tahun 1616 hingga 1628, Descartes betul-betul melompat ke sana kemari, dari satu negeri ke negeri lain. Dia masuk tiga dinas ketentaraan yang berbeda-beda (Belanda, Bavaria dan Honggaria), walaupun tampaknya dia tidak pernah ikut bertempur sama sekali. Dikunjungi pula Italia, Polandia, Denmark dan negeri-negeri lainnya. Dalam tahun-tahun ini, dia menghimpun apa saja yang dianggapnya merupakan metode umum untuk menemukan kebenaran. Ketika umurnya tiga puluh dua tahun, Descartes memutuskan menggunakan metodenya dalam suatu percobaan membangun gambaran dunia yang sesungguhnya. Dia lantas menetap di Negeri Belanda dan tinggal di sana selama tidak kurang dari dua puluh satu tahun. (Dipilihnya Negeri Belanda karena negeri itu dianggapnya menyediakan kebebasan intelektual yang lebih besar ketimbang lain-lain negeri, dan karena dia ingin menjauhkan diri dari Paris yang kehidupan sosialnya tidak memberikan ketenangan cukup).

Sekitar tahun 1629 ditulisnya Rules for the Direction of the Mind buku yang memberikan garis-garis besar metodenya. Tetapi, buku ini tidak komplit dan tampaknya ia tidak berniat menerbitkannya. Diterbitkan untuk pertama kalinya lebih dari lima puluh tahun sesudah Descartes tiada. Dari tahun 1630 sampai 1634, Descartes menggunakan metodenya dalam penelitian ilmiah. Untuk mempelajari lebih mendalam tentang anatomi dan fisiologi, dia melakukan penjajagan secara terpisah-pisah. Dia bergumul dalam bidang-bidang yang berdiri sendiri seperti optik, meteorologi, matematik dan pelbagai cabang ilmu lainnya.

Menjadi keinginan Descartes sendiri mempersembahkan hasil-hasil penyelidikan ilmiahnya dalam buku yang disebut Le Monde (Dunia). Tetapi, di tahun 1633, tatkala buku itu hampir rampung, dia dengan penguasa gereja di Italia mengutuk Galileo karena menyokong teori Copernicus bahwa dunia ini sebenarnya bulat, bukannya datar, dan bumi itu berputar mengitari matahari, bukan sebaliknya. Meskipun di Negeri Belanda dia tidak berada di bawah kekuasaan gereja Katolik, toh dia berkeputusan berhati-hati untuk tidak menerbitkan bukunya walau dia pun sebenarnya sepakat dengan teori Copernicus. Sebagai gantinya, di tahun 1637 dia menerbitkan bukunya yang masyhur Discourse on the Method for Properly Guiding the Reason and Finding Truth in the Sciences (biasanya diringkas saja Discourse on Method).

Discourse ditulis dalam bahasa Perancis dan bukan Latin sehingga semua kalangan intelegensia dapat membacanya, termasuk mereka yang tak peroleh pendidikan klasik. Sebagai tambahan Discourse ada tiga esai.

Didalamnya Descartes menyuguhkan contoh-contoh penemuan-penemuan yang telah dilakukannya dengan menggunakan metode itu. Tambahan pertamanya Optics, Descartes menjelaskan hukum pelengkungan cahaya (yang sesungguhnya sudah ditemukan oleh Willebord Snell). Dia juga mempersoalkan masalah lensa dan berbagai alat-alat optik, melukiskan fungsi mata dan berbagai kelainan-kelainannya serta menggambarkan teori cahaya yang hakekatnya versi pemula dari teori gelombang yang belakangan dirumuskan oleh Christiaan Huygens. Tambahan keduanya terdiri dari perbincangan ihwal meteorologi, Descartes membicarakan soal awan, hujan, angin, serta penjelasan yang tepat mengenai pelangi. Dia mengeluarkan sanggahan terhadap pendapat bahwa panas terdiri dari cairan yang tak tampak oleh mata, dan dengan tepat dia menyimpulkan bahwa panas adalah suatu bentuk dari gerakan intern. (Tetapi, pendapat ini telah ditemukan lebih dulu oleh Francis Bacon dan orang-orang lain). Tambahan ketiga Geometri, dia mempersembahkan sumbangan yang paling penting dari kesemua yang disebut di atas, yaitu penemuannya tentang geometri analitis. Ini merupakan langkah kemajuan besar di bidang matematika, dan menyediakan jalan buat Newton menemukan Kalkulus.

Mungkin, bagian paling menarik dari filosofi Descartes adalah caranya dia memulai sesuatu. Meneliti sejumlah besar pendapat-pendapat yang keliru yang umumnya sudah disepakati orang, Descartes berkesimpulan untuk mencari kebenaran sejati dia mesti mulai melakukan langkah yang polos dan jernih. Untuk itu, dia mulai dengan cara meragukan apa saja, apa saja yang dikatakan gurunya. Meragukan kepercayaan meragukan pendapat yang sudah berlaku, meragukan eksistensi alam di luar dunia, bahkan meragukan eksistensinya sendiri. Pokoknya, meragukan segala-galanya.

Ini keruan saja membuat dia menghadapi masalah yang menghadang: apakah mungkin mengatasi pemecahan atas keraguan yang begitu universal, dan apakah mungkin menemukan pengetahuan yang bisa dipercaya mengenai segala-galanya? Tetapi, lewat alasan-alasan metafisika yang cerdik, dia mampu memuaskan dirinya sendiri bahwa dia sebenarnya "ada" ("Saya berpikir, karena itu saya ada"), dan Tuhan itu ada serta alam di luar dunia pun ada. Ini merupakan langkah pertama dari teori Descartes.

1.3 Pemikiran Filsafat Rene Descartes

Descartes lahir pada tahun 1596 dan meninggal pada Tahun 1650. Bukunya yang terpenting dalam filsafat murni ialah Discours de la method (1637) dan meditation (1642). Kedua buku ini saling melengkapi satu sama lain. Didalam kedua buku inilah dia menuangkan metodenya yang terkenal itu, metode keraguan Descartes (Cartesian Doubt). Metode ini sering disebut cogito Descartes, atau metode cogito saja.



Dia mengetahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh gereja bahwa dasar filsafat haruslah Rasio (akal). Tokoh-tokoh gereja itu tetap yakin bahwa dasar Filsafat haruslah iman sebagaimana tersirat dalam jargon credo ut intelegian dari anselmus itu. Untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah akal, dia menyusun argumentasi yang amat terkenal. Argumentasi tersebut tertuang didalam metode cogito tersebut.

Untuk menemukan basis yang kuat dalam bagi filsafat, Descartes meragukan (lebih dahulu) segala sesuatu yang diragukan. Mula-mula dia mencoba meragukan semua apa yang dapat di indera, objek yang sebenarnya tidak mungkin diragukan. Inilah langkah pertama metode cogito tersebut. Dia meragukan adanya badaniah sendiri. Keraguan itu menjadi mungkin karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi, dan juga pada pengalaman dengan Roh halus ada yang sebenarnya ada yang tidak jelas. Pada keempat keadaan itu seseorang dapat mengalami sesuatu seolah-olah dalam keadaan yang sesungguhnya. Didalam mimpi-mimpi seolah-olah seseorang mengalami sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, persis seperti tidak mimpi (jaga). Begitu pula pada pengalaman halusinasi, ilusi dan kenyataan ghaib. Tidak ada batas yang tegas antara mimpi dan jaga. Oleh karena itu, Descartes berkata, “ aku dapat meragukan bahwa aku duduk disini dalam pakaian siap untuk keluar : ya, aku dapat meragukan itu karena kadang-kadang aku bermimpi persis sama seperti itu, padahal aku ada ditempat tidur, sedang mimpi. “ tidak ada batas yang tegas antara mimpi ( sedang mimpi ) dan jaga. Tatkala bermimpi, rasa-rasanya sepeti bukan mimpi. Siapa yang dapat menjamin kejadian-kejadian waktu jaga ( yang kita katakana sebagai jaga ini ) sebagaimana kita alami ini adalah kejadian-kejadian yang sebenarnya, jadi bukan mimpi ? tidak ada perbedaan yang jelas antara mimpi dan jaga : demikian yang dimaksud Descartes.

Perhatikan lah kutipan berikut ini ( yang diambil dari Koran pikiran rakyat 17 desember 1981 ).

Kejadian aneh menimpa CHR ( 30 ), penduduk RK III, Desa Krapyak, semarang barat, jawa tengah, ketika semalam suntuk tidur dengan roh halus disebuah kuburan. Sampai berita ini ditulis CHR masih termenung-menung yang tidak bisa bicara lancar. Dalam keterangannya kepada PR, istri CHR mengatakan senin malam yang lalu dilapangan tugu ada pertunjukkan “ malam qosidah “ yang ramai. Pasangan suami-istri itu sepakat akan menonton sampai puas, tetapi masih menunggu tamu dan menyelesaikan pekerjaan, maka sang istri disuruh pergi duluan. Cuma sekitar satu jam kemudian CHR pergi ketempat pertunjukkan untuk menjemput istrinya, tetapi karena suasana begitu ramai, agak sulit mencarinya. Mendadak disebuah pojok puskesmasn ada suara memanggil persis seperti suara istrinya : “ Mas saya disini… “ begitu menoleh, CHR mengenali wajah orang itu adalah istrinya sendiri, hanya saja pakaiannya berbau serba wangi. “ baumu begitu wangi, ada apa ? “ Tanya CHR yang segera dijawab, “ memang, saya pakai kembang semboja. “ tanpa banyak kompromi CHR mengikuti kemana saja wanita itu pergi menonton. Bahkan sampai pulang dengan menumpang kendaraan umum Daihatsu juga bersama-sama. CHR merasa sudah sampai dirumah dan kemudian tidur bersama wanita yang dikiranya istrinya itu sampai pulas. Keesokan harinya penggembala mendapati sesosok tubuh yang dikiranya yang sudah mati, di nisan kuno. Ternyata setelah dibangunkan masih hidup. Pemuda itu kemudian menuntunnya pulang karena CHR belum bisa bicara. Setelah diberi minum beberapa gelas dan didatangkan “ orang tua “ yang cukup sakti, akhirnya baru bisa bicara sedikit demi sedikit. Pada pokoknya CHR merasa semalam tidur bersama istrinya yang semalaman juga tidak pulang karena teruus-menerus mencari CHR yang dikiranya menonton sampai akhir pertunjukkan. Lebih aneh lagi, keesokan harinya kernet Daihatsu juga mendatangi CHR dirumah karena uang RP.150,00 yang dibayarkan semalam, pagi harinya telah berubah menjadi delapan kuntum bunga semboja. Demikian.

Benda-benda dalam halusinasi dan ilusi juga membawa kita dalam pertanyaan : yang manakah sesungguhnya yang benar-benar ada, yang sungguh-sungguh asli ? benda-benda dalam mimpi, halusinasi, ilusi, dan kejadian dengan roh halus itu, bila dilihat dari posisi kita sedang jaga, itu tidak ada. Akan tetapi, benda-benda itu sungguh-sungguh ada bila dilihat dari posisi kita dalam mimpi, halusinasi, ilusi, dan roh halus. Dalam mimpi kita melihat dan mengalami benda-benda itu : adakah beda yang tegas antara mimpi dan jaga ? begitulah jalan pemikiran dalam metode cogito.

Pada langkah pertama ini Descartes dapat (berhasil) meragukan benda yang dapat diinderakan. Apa sekarang yang dapat dipercaya, yang sungguh-sungguh ada ? menurut Descartes, dalam keempat keadaan itu (mimpi,halusinasi,ilusi,roh halus), juga dalam jaga, ada sesuatu yang selalu muncul. Ada sesuatu yang muncul, baik dalam jaga maupun dalam mimpi. Yang selalu muncul itu adalah gerak, jumlah, dan besaran ( volume ) pada tahap kedua ini Descartes mengajak kita berpendapat bahwa yang tiga inilah yang lebih ada daripada benda-benda. Ketiga macam ini lebih meyakinkan adanya. Mungkin ketiga inilah yang mungkin benar – benar ada.

Betulkah yang tiga ini ( gerak, jumlah, besaran ) benar-benar ada, lalu Descartes mengujinya. Kemudian dia pun meragukannya. Yang tiga macam itu adalah matematika. Kata Descartes, matematika dapat salah. Saya sering menjumlah (angka), salah mengukur (besaran), juga demikian pada Gerak. Jadi, ilmu pastipun masih dapat saya ragukan. Ilmu pasti lebih pasti daripada benda, tetapi saya masih dapat meragukannya. Jadi, benda dan ilmu pasti diragukan. Kalau begitu, atau sekarang yang pasti itu, dapat kujadikan dasar bagi filsafatku ? aku ingin yang pasti, yang distinct. Sampailah dia sekarang dalam langkah ke-3 metode cogito.

Masih ada satu yang tidak dapat kuragukan, demikian katanya, bahkan tidak ada satu syetan dapat mengganggu aku, tak seorang skeptis pun mampu meragukannya, yaitu saya sedang ragu. Jelas sekali, saya sedang ragu. Tidak dapat diragukan bahwa saya sedang ragu. Begitu distinct saya sedang ragu boleh saja badan saya ini saya ragukan adanya, hanya bayangan, misalnya, atau seperti dalam mimpi, tetapi mengenai “saya sedang ragu” benar-benar tidak dapat di ragukan adanya.

Aku yang sedang ragu itu disebabkan oleh aku berfikir ada, bearti aku ada sebab yang berfikir itu aku. Cogito ergo sum, aku berfikir, jadi aku ada. Tahapan metode Descartes itu dapat diringkaskan sebagai berikut:

Benda inderawi tidak ada- gerak, jumlah besaran(ilmu pasti) tidak ada- saya ragu, ada- saya ragu karena saya brfikir- jadi, saya berfikir ada.

Sekarang Descartes telah menemukan dasar (basis) bagi filsafatnya.Basis itu bukan filsafat Plato, bukan filsafat abad pertengahan, bukan agama atau yang lain­­­­­­­nya.fondasi itu ialah aku yang berfikir.pemikiranku itulah yang pantas dijadikan daftar filsafat karena aku yang berfikir itulah yang bener-benar ada, tidak diragukan, bukan kamu atau pemikiranmu. Disini kelihatanlah sifat subjktif, individualistis, humanis dalam filsafat Descartes. Sifat-sifat inilah, nantinya, yang mendorong perkembangan filsafat pada Abad Modern.

Descertes memulai filsafat dari metode. Metode keraguan ini bukanlah tujuannya. Tujuan metode ini bukanlah mempertahankan keraguan. Sebaliknya, metode ini bergerak dari keraguan menuju kepastian. Keraguan Descertes hanya ditunjukan untuk menjelasan perbedaan sesuatu yang dapat diragukan dari sesuatu yang tidak dapat diragukan. Ia sendiri tidak pernah meragukan bahwa ia mampu menemukan keyakinan yang berada dibalik keraguan itu, dan menggunakannya untuk membuktikan sduatu kepastian di balik sesuatu. Keyakinan itu begitu jelas dan pasti, clear and distinct, dan menghasilkan keyakinan yang sempurna.Spinoza merunjuk kepada idea ini dan memberinya nama adequate ideas, sementara Leibniz merujuk juga dan memberinya sebutan truths of reason.

Dalam metode ini berjalan suatu deduksi yang tegas.Bila Descertes telah menemukan suatu idea yang distinct, maka ia dapat menggunakannya sebagai premise yang dari sana ia mendeduksi keyakinan lain yang juga distinct, seluruh proses penyimpulan itu terlepas dari data empiris keseluruhannya merupakan poroses rasional.

Setelah fondasi itu di temukan, mulialah ia mendirikan bangunan filsafat diatasnya. Akal itu lah basis yang paling terpercaya dalam berfisafat.

Ini lah titik awal kemenangan akal atas iman (hati) pada zaman modern.ia merupakan reaksi keras terhadap dominasi iman (hati) pada abad pertengahan.cara ini kemudian diikuti oleh filosof-filosof zaman itu.laksana bendungan yang jebol,dalam waktu yang relative singkat banyak sekali pemikir yang muncul dalam persentase yang jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan filosof abad pertengahan.akal telah menang terhadap dominasi iman. Akankah tragedi yunani terulang kembali?

Kemenangan akal pada ronde ini telah menyebabkan tragedi yunani kembali: kaidah sains menjadi guncang, ajaran iman menjadi goyah orang meragukan sains dan agama. Orang kembali bingung. Tidak dapat dihindari, humanisme dan rasionalisme yang tikembangkan oleh Descartes telah menimbulkan subjektivisme dan relativisme, persis seprti kebimbangan alam pikiran pada jaman sofisme tempo hari.

Karena di bukanya kran akal oleh Descartes, maka voltaire telah berani mencanangkan kuasa akal di eropa. Oleh Spinoza kuasa itu di perkuat. Pada hobbes rasionalisme itu berkembang menjadi ateisme dan materealisme yang kental. Jiwa telah di hilangkan oleh locke.berkeley telah meniadakan materi. Pemikiran menjadi tenggelam dalam puing-puing hasil pemikiran. Tentu orang kebingungan.Akibatnya dapat di tebak, satu demi satu dogma lama menghilang. Katedral gotik yang biasanya gemerlap menjadi tengagelam gelap. Tuhan kuno telah jatuh dari singgasananya.Alam telah turun derajatnya menjadi sekedar langit,dan neraka serta surga hanya peryataan emosi.Sains guncang, agama goyah, kedua-duanya diragukan. Oleh apa ? ya, oleh dominasi akal tadi.

Hume memberikan Lampu kuning, katanya, bila akal telah menentang manusia, maka segera manusia akan menentang akal

1.4 Pokok-Pokok Pemikiran

1. Cogito Ergo Sum
Cogito Ergo Sum atau yang lebih dikenal dengan “aku berfikir maka aku ada” merupakan sebuah pemikiran yang ia hasilkan melalui sebuah meditasi keraguan yang mana pada awalnya Descartes digelisahkan oleh ketidakpastian pemikiran Skolastik dalam menghadapi hasil-hasil ilmu positif renaissance. Oleh karena itu untuk memperoleh kebenaran pasti Descartes memepunyai metode sendiri. Itu terjadi karena Descartes berpendapat bahwa dalam mempelajari filsafat diperlukan metode tersendiri agar hasil-hasilnya benar-benar logis.

Cogito dimulai dari metode penyangsian. Metode penyangsian ini dijalankan seradikal mungkin. Oleh karenanya kesangsian ini harus meliputi seluruh pengetahuan yang dimiliki, termasuk juga kebenaran-kebenaran yang sampai kini dianggap pasti (misalnya bahwa ada suatu dunia material, bahwa saya mempunyai tubuh, bahwa tuhan ada). Kalau terdapat suatu kebenaran yang tahan dalam kasangsian yang radikal itu, maka itulah kebenaran yang sama sekali pasti dan harus dijadikan fundamen bagi seluruh ilmu pengetahuan. Dan Descartes tidak dapat meragukan bahwa ia sedang berfikir. Maka, Cogito ergo sum: saya yang sedang menyangsikan, ada Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal, betapa pun besar usahaku.

2. Ide-ide bawaan

Karena kesaksian apa pun dari luar tidak dapar dipercayai, maka menurut Descartes saya mesti mencari kebenaran-kebenaran dalam diri saya dangan menggunakan norma tadi. Kalau metode dilangsungkan demikian,apakah hasilnya? Descartes berpendapat bahwa dalam diri saya terutama dapat ditemukan tiga “ide bawaan” (Inggris: innate ideas) Ketiga ini yang sudah ada dalam diri saya sejak saya lahir msing-masing ialah pemikiran, Tuhan, dan keluasan.

a. Pemikiran
Sebab saya memahami diri saya sebagai makhluk yang berfikir, harus diterima juga bahwa pemikiran merupakan hakikat saya.

b. Tuhan sebagai wujud yang sama sekali sempurna
Karena saya mempunyai ide sempurna, mesti ada suatu penyebab sempuna untuk ide itu karena akibat tidak bisa melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu tidak lain daripada Tuhan.

c. Keluasan
Materi sebagai keluasan atau ekstensi ( extension ), sebagaimana hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur

3. Substansi
Descartes menyimpulkan bahwa selain Tuhan, ada dua subtansi: Pertama, jiwa yang hakikatnya adalah pemikiran. Kedua, materi yang hakikatny adalah keluasan. Akan tetapi, karena Descartes telah menyangsikan adanya dunia di luar aku, ia mengalami banyak kesulitan untuk memebuktikan keberadaannya. Bagi Descartes, satu-satunya alasan untuk menerima adanya dunia materil ialah bahwa Tuhan akan menipu saya kalau sekiranya ia memberi saya ide keluasan, sedangkan di luar tidak ada sesuatu pun yang sesuai dengannya. Dengan dmikian, keberadaan yang sempurna yang ada di luar saya tidak akan menemui saya, artinya ada dunia materil lain yang keberadaannya tidak diragukan, bahkan sempurna.

4. Manusia
Descartes memandang manusia sebagai makhluk dualitas. Manusia terdiri dari dua substansi: jiwa dan tubuh. Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan. Sebenarnya, tubuh tidak lain dari suatu mesin yang dijalankan oleh jiwa. Karena setiap substansi yang satu sama sekali terpisah dari substansi yang lain, sudah nyata bahwa Descartes menganut suatu dualisme tentang manusia. Itulah sebabnya, Descartes mempunyai banyak kesulitan untuk mengartikan pengaruh tubuh atas jiwa dan sebaliknya, pengaruh jiwa atas tubuh. Satu kali ia mengatakan bahwa kontak antara tubuh dan jiwa berlangsung dalam grandula pinealis ( sebuah kelenjar kecil yang letaknya di bawah otak kecil). Akan tetapi, akhirnya pemecahn ini tidak memadai bagi Descartes sendiri.

1.5 Epistemologi Pemikiran Rene Descartes

Epistemologi merupakan pembicaraan mengenai bagaimana sebuah ilmu pengetahuan diperoleh. Dalam perjalanannya mencari kepastian, Descartes telah menemukan metode tersendiri. Yaitu dengan cara meragukan semua yang dapat diragukan. Kesangsian ini dijalankan seradikal mungkin. Ia meragukan segala ilmu dan hasil-hasilnya seperti adanya kosmos fisik, termasuk badannya, dan bahkan adanya Tuhan. Beberapa alasan yang dikemukakan untuk mendukung keragu-raguannya ini adalah kemungkinan kekeliruan panca indra, kemungkinan ia sedang mimpi, dan adanya demon jahat penipu. Ia seolah-olah bersikap sebagai seoarang skeptikus. Dan, memang pada saat itu, ajaran skeptisisme, sebagaimana dikenal dalam karya Sextus Empirious, agak menjadi populerMenurut Descartes, untuk dapat memulai sesuatu yang baru, ia harus memiliki suatu pangkal pemikiran yang pasti. Pangkal yang pasti itu dapat ditemukan lewat keragu-raguan.

Ciri utama dari filsafatnya adalah penekanan yang ia sangat menggaris bawahi pada kenyataan bahwa satu hal kita sebagai manusia seluruhnya dapat merasa seyakin-yakinnya, --bahkan oleh orang yang mengalami keraguan yang amat sekalipun—adalah “keberadaan dirinya sendiri”.( I th Cogito, Ergo sum ink, therfore I am ). Seluruh sistem filsafatnya disusun untuk menghindarkan atau menjauhkan diri dari sifat ragu-ragu yang ditimbulkan dari dirinya sendiri. Sistem filsafatnya dipersembahkan untuk menguji bagaimana sesungguhnya seseorang dapat memahami segala apa yang ada di luar dirinya (outside); bagaimana membangun kembali fondasi yang kokoh untuk sebuah keyakinann yang dapat dipertanggungjawabkan tentang hal-hal yang ada pada dunia di luar fondasi yang kokoh untuk kepercayaan terhadap adanya Tuhan. Dia juga menunut bahwa kepercayaan kita sesungguhnya dimulai dari –seperti yang biasa berjaln dalam sistem berfikir deduktif dalam wilayah matematika—dari premis-premis aksiomatik tertentu, yang secara intuitif bersifat “pasti”, dan dari sana secara perlahan-lahan –lewat pengambilan kesimpulan deduktif-- ke arah kesimpulan-kesimpuln yang dapat dibuktikan secara meyakinkan dan kokoh
Ontologi Rene Descartes ( substansi-atribut-modus).

Descartes telah mencari hakikat sesuatu, akan tetapi agar hakikat segala sesuatu dapat ditentukan dipergunakan pengertian-pengertian tertentu, yaitu substansi, atribu atau sifat dasar, dan modus.

Yang disebut substansi adalah apa yang berada sedemikian rupa, sehingga tidak memerlukan sesuatu yang lain untuk berada. Substansi yang dipkirkan seperti itusebenarnya hanya ada satu yaitu Tuhan. Segala sesuatu yang lain hanay dapat dipikirkan sebagai berada dengan pertolongan tuhan. Jadi sebutan substansi sebenarnya tidak dapat dngan cara yang sama diberikan Tuhan dan kepada hal-hal lain. Hal-hal bendawi dan rohani yang diciptakan memang dapat juga dimasukkan ke dalam pengertian substansi itu, dan dalam prakteknya Descartes memasukkan jiwa dan materi dalam pengertian substansi juga.

Yang disebut atribut adalah sifat asasi. Tiap substansi memiliki sifat asasinya sendiri, yang menentukan hakikat substansi itu. Sifat asasi ini mutlak perludan tidak dapat ditiadakan. Sifat asasi ini adanya diadakan oleh segala sifat yang lain.

Yang diebut modus (jamak dari modi) adalah segala sifat substansi yang tidak mutlak perlu dan yang dapat berubah. Jelas dan teranglah sekarang bahwa segala substansi bendawi memiliki sebagai atribut atau sifat asasi; keluasan, dan memiliki sebagai modi; bentuk dan besarnya yang lahiriyah serta gerak dan perhentiannya. Dengan demikian segala benda tidk memiliki ketentuanyng kualitatif, yang menunjukkan kualitas atau mutunya. Seluruh realitas bendawi dihisabkan kedalam kuantitas atau bilangan. Oleh karena itu segala hal yang bersifat bendawi pada hakikatnya adalah sama. Perbedaan-perbedaannya bukan mewujudkan hal yang asai, melainkan hanya tambahan saja.

Jelas juga bahwa roh dan jiwa memiliki sebagai sifat asasi; pemikiran, dam memiliki sebagai modinya; pikiran-pikiran individual,gagasan-gagasan dan gejala-gejala kesadaran yang lain. Roh pada jiwa pada hakikatnya berbeda dengan benda. Sifat asasi roh adalah pemikiran, sedang asasi benda adalah keluasan. Roh dapat dipikirkan dengan jelasdan terpilah-pilah,tanpa memerlukan sifat asasi benda. Oleh karena itu secara apriori tiada kemungkinan yang satu mepengaruhi yang lain, sekalipun dalam praktek tamak ada pengaruhnya.

1.6 Karya Filsafat

a. Pengetahuan yang Pasti
Karya filsafat Descrates dapat dipahami dalam bingkai konteks pemikiran pada masanya, yakni adanya pertentangan antara scholasticism dengan keilmuan baru galilean-copernican. Atas dasar tersebut ia dengan misi filsafatnya berusaha mendapatkan pengetahuan yang tidak dapat diragukan. Metodenya ialah dengan meragukan semua pengetahuan yang ada, yang kemudian mengantarkannya pada kesimpulan bahwa pengetahuan yang ia kategorikan ke dalam tiga bagian dapat diragukan.

1. Pengetahuan yang berasal dari pengalaman inderawi dapat diragukan, semisal kita memasukkan kayu lurus ke dalam air maka akan tampak bengkok.

2. Fakta umum tentang dunia semisal api itu panas dan benda yang berat akan jatuh juga dapat diragukan. Descrates menyatakan bagaimana jika kita mengalami mimpi yang sama berkali-kali dan dari situ kita mendapatkan pengetahuan umum tersebut.

3. Logika dan Matematika prinsip-prinsip logika dan matematika juga ia ragukan. Ia menyatakan bagaimana jika ada suatu makhluk yang berkuasa memasukkan ilusi dalam pikiran kita, dengan kata lain kita berada dalam suatu matriks.

Dari keraguan tersebut, Descrates hendak mencari pengetahuan apa yang tidak dapat diragukan. Yang akhirnya mengantarkan pada premisnya Cogito Ergo Sum (aku berpikir maka aku ada). Baginya eksistensi pikiran manusia adalah sesuatu yang absolut dan tidak dapat diragukan. Sebab meskipun pemikirannya tentang sesuatu salah, pikirannya tertipu oleh suatu matriks, ia ragu akan segalanya, tidak dapat diragukan lagi bahwa pikiran itu sendiri eksis/ada.

Pikiran sendiri bagi Descrates ialah suatu benda berpikir yang bersifat mental (res cogitans) bukan bersifat fisik atau material. Dari prinsip awal bahwa pikiran itu eksis Descrates melanjutkan filsafatnya untuk membuktikan bahwa Tuhan dan benda-benda itu ada.

1.7 Pengaruh Pemikiran Rene Descartes

Sedikitnya ada lima ide Descartes yang punya pengaruh penting terhadap jalan pikiran Eropa yaitu:
Ø Pandangan mekanisnya mengenai alam semesta.
Ø Sikapnya yang positif terhadap penjajagan ilmiah.
Ø Tekanan yang diletakkannya pada penggunaan matematika dalam ilmu pengetahuan.
Ø Pembelaannya terhadap dasar awal sikap skeptic.
Ø Penitikpusatan perhatian terhadap epistemology.





BAB III
KESIMPULAN


Rene Decartes merupakan tokoh filsafat yang menganut paham rasinalisme yang menganggap bahwa akal adalah alat terpenting untuk memeperoleh pengetahuan. Dan menganggap bahwa pengetahuan indra dianggap sering menyesatkan. Lahir tahun 1596 M dan meninggal tahun 1650 M. Ia adalah anak ketiga dari seorang anggota parlemen inggris. Merupakan orang yang taat mengerjakan ibadah menurut ajaran Katholik, tetapi beliau juga menganut bid’ah-bid’ah Galileo yang pada waktu itu masih ditentang oleh tokoh-tokoh gereja. Belajar di College Des Jesuites La Fleche dari tahun 1604 – 1612 M. Beliau memperoleh pengetahuan dasar tentang karya ilmiah Latin dan Yunani, bahasa Perancis, musik dan akting. Disamping beliau juga belajar tentang filsafat, matematika, fisika, dan logika. Bahkan, beliau mendapat pengetahuan tentang logika Aristoteles, etika Nichomacus, astronomi, dan ajaran metafisika dari filsafat Thomas Aquinas. Dalam pendidikannya Descartes merasakan beberapa kebingungan dalam memahami berbagai aliran dalam filafat yang saling berlawanan. Dan pernah masuk tantara Belanda dan Bavaria. Dan akhirnya ia meninggal di Swedia tahun 1650 M setelah menerima panggilan Ratu Christine yang ingin belajar kepada dirinya.

Dalam pernyataanyang ia katakan Cogito ergo sum, ia menyatakan bahwa sumber keyakinan itu berasal dari keragu-raguan. Maka dari itu dalam epistemologinya Descartes dengan menggunakan metode analitis dan dengan pendekatan filsafat rasional yang mendahulukan akal ia mengatakan bahwa “ aku berfikir maka aku ada”. Dimulai dengan meragukan apa yang ada, segalanya, akan tetapi ia tidak dapat memungkiri bahwa dirinya yag sedang berfikitr tidak dapat diragukan. Maka dia mengatakan aku berfikir, maka aku ada.


DAFTAR PUSTAKA


http://filsafatrenedescartes.blogspot.com/, diakses 12 juni 2013.

http://kandangmu.blogspot.com/2012/12/tokoh-filsafat-modern-rene-descartes.html, diakses 12 juni 2013.

http://kandangmu.blogspot.com/2012/12/tokoh-filsafat-modern-rene-descartes.html, diakses 12 juni 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Ren%C3%A9_Descartes, diakses 12 juni 2013.

http://filsafatrenedescartes.blogspot.com/, diakses 12 juni 2013.

http://kandangmu.blogspot.com/2012/12/tokoh-filsafat-modern-rene-descartes.html, diakses 12 juni 2013.

http://filsafatrenedescartes.blogspot.com/, diakses 12 juni 2013.

2 comments: